. Kitab Asli yang
berjudul “Irsyadu Al ikhwan Fi bayani al
hukmu Al Qohwa wad Dukhon ” mengupas tentang kopi dan rokok dari mulai
sejarah munculnya Kopi dan rokok sampai hukum mengkomsumsi keduanya. Kitab ini
telah dikenal di Negara Timur Tengah dan bahkan internasional. Kitab ini juga
dikaji di beberapa majelis taklim kaum muslimin di Afrika dan Amerika. Siapakah Syeh Ihsan
Jampes itu?
KH.Ihsan Dahlan Jampes adalah Putra dari
seorang ulama yang sejak kecil tinggal dilingkungan Pesantren terkenal nakal,
orang memanggil dengan sebutan “Bakri” lahir sekitar tahun 1901 di desa
Jampes Kediri jawa timur. Ayahnya bernama Kh.Dahlan . Kegeramaran Syech
Ihsan remaja adalah nonton wayang sambil ditemani kopi dan rokok dan yang
membuat khawatir keluarganya adalah kegemaran bermain judi. Bakri julukan Syech
ihsan kecil sangat mahir bermain judi , sudah beberapa kali ayahnya
menasehatinya agar berhenti melakukan perbuatan buruk tersebut , namun
kebiasaan putranya tersebut belum juga berubah masih saja gemar bermain judi. Hingga
suatu hari Ayahnya Bakri Kh.Dahlan mengajaknya berziarah ke makam seorang ulama
bernama Kh Yahuda yang juga masih ada hubungan kerabat dengan ayahnya,
disana ayahnya bermunajat kepada Alloh agar putranya sadar dan insyaf dan memohon
kepada Allah kalau saja putranya masih saja seperti itu agar di beri umur
pendek agar tidak membawa mudharat bagi umat. Selepas ziarah tersebut suatu
malam Syech Ihsan bermimpi di datangi oleh seorang berwujud kakek sedang
membawa sebuah batu yang sangat besar yang siap di lemparkan ke kepala Syech
Ihsan sambil berkata ” Hai cucu ku kalau engkau tidak menghentikan
kebiasaan burukmu yang suka berjudi, aku akan lemparkan Batu besar ini ke pala
mu” kata Kakek tersebut. ” Apa hubungannya kakek dengan ku..? mau berhenti atau
terus bukan urusan kakek ” Timpal Syech Ihsan. Tiba tiba Sang kakek tersebut
melempar batu besar tersebut ke kepala Syech Ihsan, hingga pecah kepalanya. Saat
itu Syech Ihsan terbangun dari tidurnnya sambil mulutnya mengucapkan istighfar.
Sejak saat itu Syech Ihsan menghentikan kebiasaannya bermain judi dan mulai
gemar menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya di pulau Jawa .
Mengambil berkah dan restu dari para ulama ulama di jawa seperti Kh.Saleh
darat, Kh.Hasyim Asyari dan Kh Muhammad Kholil Madura.
Setelah sekian lama mengembara
dalam menuntut ilmu tahun 1932. Syech
Ihsan mulai menetap dan mengajar . Hari demi hari beliau gunakan untuk mengajar
dan menulis kitab sambil di temani kopi dan rokok yang menjadi ciri khasnya,
begitu banyak karya beliau yang di akui oleh para ulama-ulama nusantara dan
internasional, KItab Siraj al-Thalibin, yang ditulis sekitar 1932-1933 sebagai syarah atas
karya Al-Ghazali, yang sangat dalam membahas persoalan-persoalan tasawuf
dan kitab tersebut dibuat kata pengantar langsung dari Kh.Hasyim Asyari Tebuireng
Jombang . Model tasawuf yang di bahas dalam kitab tersebut menawarkan
Konsep Tawasuf masa kini. Misalnya ajaran tentang konsep uzlah yang secara umum diartikan sebagai
pengasingan diri dalam kesunyian duniawi, oleh Syekh Ihsan dalam kitab
tersebut dimaknai sebagai pengasingan diri dalam kehidupan bersama
masyarakat yang majemuk. Uzlah bukan lagi menyepi, tapi bagaimana hidup dalam
masyarakat majemuk. Inilah yang disebut sebagai tasawuf hadzaz zaman(tasawuf zaman ini) . KOnsef zuhud diartikan sebagai tapa dunia atau
menghindari harta benda. Syekh Ihsan mengajarkan bahwa orang yang zuhud
sebenarnya adalah mereka yang dikejar harta, namun tak merasa memiliki harta
itu sama sekali.
”Jadi zuhud adalah tapa dunia tapi malah kaya. Nah kalau sudah kaya lantas mencari jalan yang terbaik dalam menafkahkan hartanya itu. Inilah ajaranSirajut Thalibin. Bahkan Syech Ihsan sendiri adalah Ulama yang kaya raya,”
”Jadi zuhud adalah tapa dunia tapi malah kaya. Nah kalau sudah kaya lantas mencari jalan yang terbaik dalam menafkahkan hartanya itu. Inilah ajaranSirajut Thalibin. Bahkan Syech Ihsan sendiri adalah Ulama yang kaya raya,”
Satu lagi pelajaran dari Sirajut Thalibin adalah soal syukur, atau
berterimakasih atas semua karunia dari Allah SWT. Kata Syekh Ihsan dalam juz
dua kitabSirajut Thalibin, doa yang paling tinggi adalah kalimat Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah. Tebalnya Kitab tersebut nyaris seribu halaman, dibagi
dalam dua juz.
Sebelumnya, pada 1930
Syech Ihsan sudah menulis sebuah kitab di bidang Ilmu Falak berjudul Tashrih
al-Ibarat yang merupakan syarah atas Natijat
al-Miqat karya KH Ahmad Dahlan Semarang. Karya lainnya yang unik
adalah Kitab “Irsyadu Al ikhwan Fi bayani al hukmu Al Qohwa wad Dukhon ”terinspirasi
karena kegeramarannya Syech Ihsan yang suka Kopi dengan Rokok. Walaupun Syech
Ihsan tidak pernah belajar di Mekkah namun kemampuan bahasa Arab dan
keterampilannya dalam menulis kitab berbahasa Arab sangat luar biasa dan ada
sebuah karya Syech Ihsan yang menjadi manuskrip yang tersimpan di Perpustakaan
Kairoh selama bertahun tahun berjudul ” Manahijul Imdad” merupakan syarah
(komentar) dari kitab Irsyadul Ibad (petunjuk
bagi para hamba) karya Syekh Zainuddin Malibari ( lombok ) . Kitab setebal 118
halaman itu diulas kembali oleh Syech Ihsan dalam kitab setebal 1050
halaman yang terdiri dari dua juz. Kitab ini berada dalam jalur kajian fikih
namun berbeda dengan kitab fikih formal lainnya sebab lebih condong ke ajaran
tasawuf dan pada bab-bab tertentu banyak menunjukkan fadhilah-fadhilah
(keutamaan) melakukan ibadah. Manuskrip kitab yang tersimpan di perpustakaan
Kairo akhirnya di minta oleh pihak keluarga dan diterbitkan oleh salah seorang
murid beliau yang tinggal di semarang.
Pada tanggal 15 September 1952 Syech Ihsan Dahlan dipanggil oleh Alloh
swt dengan meninggalkan karya karya tulis dan kitab yang saat ini menjadi
rujukan para ulama ulama baik nusantara maupun internasional.
Komentar : Subhanallah
begitu besar perjuangan beliau, setiap malam jum’at pun banyak peziarah yang
mendatangi pemakamannya.
0 komentar:
Posting Komentar